Video: Digitalisasi, Tekan Biaya Operasional & Bikin Apotek Lebih Cuan
Mata uang Australia, yang dikenal sebagai dolar Australia atau AUD, pertama kali diperkenalkan pada 14 Februari 1966, menggantikan pound Australia. Pada awal peluncurannya, nilai AUD dipatok terhadap pound sterling Inggris dengan kurs 2 dolar per satu pound. Namun, pada tahun 1967, Australia memutuskan untuk melepaskan patokan terhadap pound sterling dan beralih mematok nilai mata uangnya terhadap dolar AS dengan kurs 0,8929 dolar Australia per satu dolar AS.
Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1976 ketika dolar Australia mulai mengalami transisi menjadi mata uang yang mengambang bebas. Proses ini diselesaikan pada tahun 1983, memungkinkan nilai AUD berfluktuasi berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Dengan sistem ini, nilai tukar AUD tidak lagi tetap, melainkan bisa naik atau turun sesuai dengan kondisi pasar global.
Dolar Australia diedarkan oleh Reserve Bank of Australia (RBA), yang bertindak sebagai bank sentral negara tersebut. RBA bertanggung jawab atas kebijakan moneter Australia, mengelola jumlah uang beredar, serta menjaga stabilitas harga. Bank sentral ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Australia dan didirikan pada tahun 1960. Sebagai salah satu eksportir batu bara dan bijih besi terbesar di dunia, nilai mata uang Australia sangat dipengaruhi oleh harga komoditas ini.
Contoh nyata dari ketergantungan ini terlihat pada tahun 2015, ketika harga komoditas global mengalami kemerosotan. Harga minyak mencapai titik terendah dalam satu dekade, sementara harga bijih besi dan batu bara juga jatuh ke titik terendah.
Akibat dari penurunan harga komoditas ini, nilai dolar Australia mengalami pelemahan tajam, turun lebih dari 15 persen terhadap dolar AS. Selain itu, nilai AUD juga menjadi setara dengan dolar Selandia Baru (NZD), sebuah penurunan yang tidak pernah terlihat sejak tahun 1970-an.
Berdasarkan kurs jual, 500 dolar berapa rupiah adalah Rp7.522.200,-.
Kebijakan Agresif Trump Dorong Lonjakan Harga Emas dan Tekanan Inflasi
Kenaikan inflasi bulanan dari 0,08% di Oktober 2024 menjadi 0,30% di November 2024 didorong harga emas domestik, terutama akibat pelemahan rupiah dan ekspektasi kebijakan Trump.
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Jakarta, CNBC Indonesia - Dogecoin menjadi mata uang kripto yang paling menarik perhatian di bulan ini, sebabnya harganya yang terbang tinggi jauh mengalahkan bitcoin. Namun, dalam beberapa hari terakhir, mata uang kripto dengan logo anjing Shiba Inu ini harganya anjlok tajam, termasuk pada perdagangan Senin (26/4/2021).
Melansir data dari Indodax, 1 dogecoin dibanderol Rp 3.974/koin pada pukul 14:12 WIB. Harga tersebut turun 5.27% dari hari sebelumnya. Sementara itu berdasarkan data dari Coin Market Cap, dogecoin juag merosot lebih dari 5% ke US$ 0,2641/koin.
Sepanjang tahun ini kenaikan harga dogecoin sensasional, sempat meroket nyaris 10.000%, jauh meninggalkan bitcoin yang kenaikannya "hanya" di atas 100%.
Data dari Coin Market Cap menunjukkan dogecoin di akhir tahun 2020 berada di US$ 0,0041612/koin, sementara pada 20 April lalu berada di US$ 0,412305/koin, artinya dalam harganya meroket lebih dari 9800%. Harga dogecoin pada 20 April tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Namun, 3 hari berselang, harga dogecoin justru ambrol hingga 50% lebih ke US$ 0,203002/koin.
Elon Musk adalah "dalang" dibalik kenaikan dogecoin, dan bisa dikatakan mata uang kripto lainnya.#
Bitcoin menjadi mata uang kripto pertama yang harganya dibuat meroket oleh Elon Musk. Hal tersebut terjadi setelah perusahaan mobil listrik miliknya Tesla, berinvestasi besar di bitcoin. Selain itu, Tesla juga menerima pembayaraan dengan menggunakan bitcoin.
Elon Musk menggunakan cara berbeda membuat harga dogecoin meroket. Pada 4 Februari lalu, Musk menulis dogecoin di akun Twiter pribadinya. Sontak harga dogecoin melesat hingga 50%.
Sejak saat itu, dogecoin terus dipom-pom oleh satu orang terkaya di dunia ini harganya pun meroket gila-gilaan, yang akhirnya mendapat tanggapan sinis dari banyak pihak.
Nassim Nicholas Taleb, penulis buku Black Swan bahkan mengatakan mata uang kripto mirip dengan skema Ponzi, yang justru dilakukan secara terbuka.
"Sesuatu yang bergerak 5% sehari, 20% sebulan, mau naik atau turun, tidak mungkin sebuah mata uang. Pasti sesuatu yang lain.
"Mata uang tanpa pengaturan dari negara bukanlah mata uang. Itu murni spekulasi. Seperti permainan yang diciptakan seseorang tetapi diberi nama mata uang," jelas Taleb.Hal senada juga dikatakan investor legendaris, Warren Buffet.
"Saat Anda membeli aset nonproduktif, semua yang anda andalan adalah orang membayar lebih pada anda karena mereka lebih bersemangat saat ada orang lain datang," kata Warren, dikutip dari Express, Senin (26/4/2021).
Beberapa pekan lalu, CEO Berkshire Hathaway ini menyebut berinvestasi pada mata uang kripto adalah perjudian, dan memperingatkan para investor jika bitcoin dan mata uang kripto lain 'hampir pasti' berakhir buruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan video di bawah ini: