Dalang Adalah Orang Yang

Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu sendiri diantaranya: 1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat penerang. Dengan alasan demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan sosialnya beraneka ragam. 2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari kata ngudhal = menggali; dan lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan kepada para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat. 4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya. 5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang. Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya : Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960. 6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou (seorang sarjana Barat juga). 7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 8. Dalang adalah seorang aktor/aktris yang memainkan pagelaran wayangnya menurut ilmu dan tata cara yang telah ditentukan. Definisi ini dikemukakan oleh Juju Sain Martadinata, Alm. (eks Guru Kokar / SMKI Bandung). 9. Dalang berasal dari kata Dalilun lamnya ada dua yang satu lamnya dihilangkan dan ganti oleh tasjid menjadi dala. Menurut ahli sorop dala ya dulu dilalatan fa-hua daa-lun. Isimnya isim fa’il artinya petunjuk. Pendapat ini dikemukakan oleh Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan)

Dalang mangrupikeun istilah pikeun jalma anu maénkeun wayang, aya sababaraha hartos kecap dalang téa kalebet: 1. Dalang di tukangeun kecap tina dalung / blencong (jawa) / lampu = pencahyaan. Alesan ieu, fungsi dalang di masarakat mangrupikeun juru tarjamahan, atanapi langkung khusus, dalang nyaéta jalma anu nyayogikeun inpormasi sareng petunjuk pikeun jalma tina tingkat sosial anu béda-béda. 2. Dalang asalna tina kecap Jawa: Dhal pondok kanggo ngudhal = ngagali; sareng lang pondok kanggo kecap piwulang = piwuruk = pituah / pituah. Ku sabab kitu tiasa diinterpretasi yén dalang mangrupikeun jalma anu ngagali naséhat / naséhat anu bade dikirimkeun / disebarkeun ka pamiarsa wayang. Di dieu fungsi dalang mangrupikeun salaku pendidik / pituduh masarakat atanapi guru komunitas. 3. Dalang asalna tina kecap da = veda = pangaweruh sareng lang = wulang. Dalang mangrupikeun ngajarkeun pangaweruh, didieu dalang tiasa diinterpretasi salaku guru komunitas. 4. Dalang asli asalna tina kecap chamfer = cara nyambungkeun kana cai solokan. Dina hal ieu dalangna ngagaduhan pancén pikeun nyambungkeun / ngahubungkeun létah, boh pesen ti pamaréntah ka masarakat, sareng sabalikna. 5. dalang nyaéta pamimpin, tukang daptar, produser, carios sareng carita wayang. Pamadegan ieu dinyatakeun ku Claere Holt (sarjana Kulon) dina bukuna: Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960. 6.Dalangna mangrupikeun seniman ngumbara, sabab nalika ngayakeun henteu ukur di hiji tempat, tapi obah-obah. Numutkeun ka Drs. Sudarsono, pamanggih ieu dikedalkeun ku Hazou (sarjana ogé Kulon). 7. dalang asalna tina kecap dal = postulat, sareng lang = awét. Ieu mangrupikeun pamanggih para dalang Kasepuhan ti Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, nami Dulah. Ku sabab kitu tiasa diinterpretasi yén dalang nyaéta jalma anu masihan usul atanapi saran / saran / wacana salami hirupna. Di dieu fungsi dalang mangrupikeun salaku pendidik / pituduh masarakat atanapi guru komunitas. 8. dalang mangrupikeun aktor / aktris anu ngalaksanakeun pintonan wayangna dumasar kana élmu sareng prosedur anu ditangtukeun. Definisi ieu diteruskeun ku Juju Sain Martadinata, Alm. (tilas Guru Kokar / Sakola Luhur Bandung). 9. dalang téh asalna tina kecap Dalilun di mana aya dua anu hiji dileungitkeun sareng diganti ku masjid pikeun janten dala. Numutkeun ahli ahli sorop jaman baheula, éta biasa aya dina parabot fa-hua daa-lun. Isim isim nembil hartosna hint. Pamadegan ieu ditepikeun ku Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan)

Kata dalang termasuk kata apa?

Kata dalang adalah Kata Nomina (kata benda).

Apa contoh kalimat menggunakan kata dalang?

Contoh kata dalang adalah: dalang wayang kulit dalang wayang golek.

Kata-kata dari kata dasar dalang

kesenian tradisi lisan rakyat Banyumas yang menampilkan cerita Ramayana, Mahabarata, terdiri atas empat atau lima pemain pria dan satu wanita yang berperan ganda sebagai pemusik mulut, penyanyi, pelaku, dan p

Kata-kata di KBBI yang dekat dari dalang

Tip: doubleclick kata di atas untuk mencari cepat

[dalang] Arti dalang di KBBI adalah: orang yang memainkan wayang. Contoh: dalang wayang kulit dalang wayang.... Lihat arti dan definisi di jagokata.

Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa)

Bagi orang yang mengerti tentang kesenian pewayangan, pasti dengan mudah bisa membedakan antara wayang kulit dan wayang orang. Disebut wayang kulit oleh karena wayang yang dimainkan dibuat dari kulit. Begitu pula wayang orang, para pemainnya adalah orang yang dilatih untuk memainkan peran-peran tertentu.

Bagi seorang dalang tentu lebih mudah memainkan wayang kulit dibanding dengan wayang orang. Memainkan wayang kulit lebih mudah oleh karena wayangnya terbuat dari kulit yang merupakan benda mati. Dalangnya bisa memainkan berbagai jenis wayang sesukanya, asalkan masih sesuai dengan karakter wayang dimaksud. Wayang kulit sangat tergantung pada dalangnya. Suatu saat wayang tertentu dikeluarkan dari kotak tempat penyimpannya, atau sebaliknya, dimasukkan lagi tergantung kemauan dalangnya.

Otoritas dalang wayang orang sebenarnya sama dengan yang dimiliki oleh dalang wayang kulit. Perannya sebagai dalang, ia juga bisa memainkan berbagai jenis wayang semaunya. Akan tetapi, oleh karena dalang wayang orang memainkan benda hidup, apalagi berupa orang, maka akan lebih sulit. Kapan dan di mana saja, orang tidak selalu mudah diatur. Tatkala harus memainkan orang itulah, otoritas dalang tidak sepenuhnya bebas.

Sebagai wayang, ---------dalam pertunjukkan wayang orang, pemainnya harus sepenuhnya mengikuti arahan dalang. Apapun yang diperintahan oleh dalang, maka pemainnya harus patuh. Akan tetapi, sekalipun menjadi pihak yang dimainkan, orang tetap memiliki kemauan dan kamampuan yang berbeda, termasuk dengan dalangnya. Apa yang dimaui dan dilakukan oleh seseorang tatkala berperan sebagai wayang tidak selalu sama dengan yang diarahkan oleh dalangnya. Mereka bisa saja melakukan kenakalan, misalnya, bermain sesuai dengan kemauannya sendiri.

Membayangkan permainan wayang orang, mengingatkan pada peran seorang pemimpin. Memimpin orang banyak sebenarnya mirip dengan bekerja sebagai dalang wayang orang. Dalang wayang orang atau pemimpin, harus mengatur banyak orang dengan berbagai karakternya. Tentu tugas itu tidak mudah. Menggerakkan dan mengarahkan orang pasti memerlukan seni. Artinya, oleh karakter manusia selalu berbeda-beda, maka cara memimpinnya juga harus menggunakan pendekatan yang berbeda-beda pula.

Sebagai contoh, betapa tidak mudahnya menjadi dalang wayang orang, di antaranya tatkala berharap agar seseorang melakukan peran sebagai janoko, ternyata yang dimainkan adalah peran sebagai petruk. Mestinya menjadi semar, ternyata ia lebih kelihatan sebagai sengkuni. Begitu pula, seseorang yang sosok tubuhnya lebih tepat menjadi petruk, ternyata menghendaki peran sebagai Puntodewo. Maka artinya, dalang wayang orang menjadi lebih sulit dibanding dengan dalang wayang kulit.

Begitu pula seorang pemimpin. Memberikan peran-peran kepada berbagai orang yang berbeda-beda, ternyata belum tentu berhasil dimainkan secara tepat. Seorang yang seharusnya melakukan peran sebagai pengawas, ternyata yang bersangkutan sendiri perlu diawasi. Seorang yang seharusnya mengamankan uang, ternyata malah justru menjadikan uangnya hilang semua, seorang yang seharusnya melakukan peran sebagai algojo, malah dia sendiri yang harus dihukum, dan seterusnya.

Beban pemimpin menjadi sangat jelas, yaitu mirip dengan dalang wayang orang. Apa yang dimaui belum tentu berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Itulah resiko sebagai dalang wayang orang atau pemimpin manusia pada umumnya. Apa yang diperintahkan belum tentu dikerjakan, dan sangat mungkin justru dirusak, hingga apa yang diinginkan menjadi berantakan semua. Bahkan, beban pemimpin itu menjadi semakin berat tatkala perilaku orang sudah semakin sulit diatur seperti sekarang ini. Wallahu a'lam.

Memahami tujuan utama dalam permainan bola basket adalah memenangkan suatu pertandingan, bukan sekadar memasukkan bola ke keranjang lawan. Itu artinya, tujuan utama dalam permainan bola basket adalah mampu memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke keranjang lawan.

“Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah memenangkan suatu pertandingan,” dijelaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Secara lebih sederhana, tujuan utama dalam permainan bola basket adalah mencetak angka atau nilai untuk memenangkan suatu pertandingan. Guna bisa mencapai tujuan utama dalam permainan bola basket adalah memenangkan pertandingan, maka kerja sama tim harus benar-benar diperkuat, ada kekompakan dalam sebuah kelompok regu.

Dalam menyelesaikan tujuan utama dalam permainan bola basket adalah memenangkan suatu pertandingan atau dalam setiap misi permainan bola basket, ada aturan yang perlu ditaati atau tidak asal memasukkan bola ke dalam ring.

Permainan bola basket bisa dilakukan di lapangan terbuka (outdoor) atau ruang tertutup (indoor). Standar internasional permainan bola basket adalah empat babak, waktu setiap babaknya adalah 10 menit (4×10 menit), dengan jeda waktu istirahat 10 menit. Apa saja tujuan utama dalam permainan bola basket selain memenangkan suatu pertandingan?

Ini penjelasan tujuan utama dalam permainan bola basket yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

1. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah membuat nilai sebanyak mungkin.

2. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah melatih kerja sama tim, mengingat permainan bola basket dilakukan beregu.

3. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

4. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah memasukkan bola basket ke ring (keranjang) lawan agar meraih kemenangan.

5. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah mencegah membalas keunggulan nilai.

6. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah melatih otot karena olahraga ini mampu menggerakkan seluruh organ tubuh secara intens.

7. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah menjaga ketahanan tubuh karena gerakan saat bermain bola basket dapat membuat badan menjadi lincah sehingga mampu menjaga ketahanan tubuh.

8. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah membangun keseimbangan dan koordinasi tubuh karena basket adalah olahraga yang dilakukan antara kerja sama tangan, kaki, dan mata dalam koordinasi yang erat.

9. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah meningkatkan keterampilan motorik. Setiap pemain harus menggerakkan hampir seluruh anggota tubuh inti dalam olahraga ini, sehingga mampu meningkatkan saraf motoriknya.

10. Tujuan utama dalam permainan bola basket adalah membentuk tubuh menjadi lebih tinggi karena permainan bola basket mampu meregangkan otot kaki, tulang belakang, serta tulang kaki.

Tasawuf pertama kali berkembang di Arab. Meskipun ajaran Nabi Muhammad SAW pada akhirnya dipandang sebagai model praktik keagamaan dan perilaku moral yang unggul oleh komunitas Muslim awal, sejumlah Muslim awal mencari cara untuk menjalankan praktik keagamaan mereka di luar kepatuhan terhadap hukum atau ritual sehari-hari yang diwajibkan oleh semua Muslim.

Untuk melakukannya, para Muslim awal ini mengambil dari sumur tradisi Timur Dekat, termasuk Yudaisme dan Kristen, untuk mengembangkan praktik dan filosofi yang berpusat pada penanaman jiwa mereka. Di Timur Dekat ada tradisi asketisme dan praktik kontemplatif yang berkembang dan panjang yang berpusat pada pantang makan berlebihan, penekanan pada doa, dan pengembangan cara pengabdian yang diarahkan ke dalam.

Artinya menggabungkan unsur-unsur praktik Islam, seperti doa, dengan cara asketisme seperti yang mereka temukan di Timur Dekat. Kebiasaan baru, termasuk berkurangnya kenyamanan fisik dalam bentuk makanan, tidur, dan kekayaan merupakan bentuk penolakan duniawi yang menjadi ciri asketisme Kristen.

Penolakan seperti itu tidak asing dengan tradisi Nabi Muhammad SAW, yang gaya hidup rendah hati dan persetujuannya seperti itu merupakan ciri dari hadits. Para pertapa Muslim awal benar-benar percaya bahwa kehidupan sederhana dari penolakan material lebih sesuai dengan pesan sejati Muhammad, sebuah masalah yang berpotensi menjadi rumit oleh meningkatnya kekayaan dan kekayaan kerajaan Islam selama abad ke-8 Masehi.

Istilah Sufi telah menjadi hal yang lumrah saat ini dan merupakan istilah yang mencakup semua mistikus Muslim, tetapi asal kata Sufisme, apalagi definisi istilahnya, masih agak kontroversial. Di satu sisi, itu mungkin berasal dari sekelompok orang yang dikenal sebagai Ahl al-Suffah (orang-orang Al-Suffah) yang hidup pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, di abad ke-7.

Interpretasi lain dari istilah Sufi berasal dari kata "shaf" atau baris, dalam bahasa Arab, yang mengacu pada "barisan pertama yang berdiri di hadapan Tuhan" atau orang-orang pilihan spiritual. Ini adalah etimologi yang fantastis, tetapi mencerminkan integritas dari beberapa definisi tasawuf.

Konsepsi populer lainnya yang dipegang oleh para sejarawan semasyhur Ibn Khaldoun (1332-1406) dan yang terkait dengan asketisme adalah bahwa istilah tersebut berasal dari pakaian wol kasar (bahasa Arab untuk wol adalah "suf") yang dikenakan oleh para sufi.

Sufi awal mungkin juga dikaitkan dengan gerakan pinggiran yang disebut Sufiyya, yang awalnya terpinggirkan karena pendiriannya yang terang-terangan antinomian (istilah yang menunjukkan pembebasan dari kewajiban untuk mengikuti hukum agama). Sementara antinomianisme secara umum dapat ditafsirkan sebagai semacam pengabaian terhadap hukum, dalam hal ini menyiratkan penyelidikan mistik tentang mengapa praktik diatur oleh hukum pada tempat pertama.

Artinya, dari perspektif antinomian, mempraktikkan Islam melalui ritus-ritus yang ditentukan seperti shalat dan puasa bukanlah tujuan itu sendiri; itu penting, tetapi hanya sarana untuk mendisiplinkan jiwa dan mensucikan diri. Tujuan spiritual itu, pemurnian, adalah hasil yang diinginkan.

Akan tetapi, ada kemungkinan kelompok sufi awal ini disalahartikan, karena semua sumber awal tentang gerakan mereka berasal dari perspektif yang berlawanan dengan mereka, dan mungkin mereka tidak anti-kemapanan seperti yang dikatakan sumber-sumber itu kepada kita. meyakini. Bagaimanapun, para sufi ini tidak menentang apa yang disebut ortodoksi, dan mereka terus mengikuti pedoman arus utama kepercayaan dan praktik Islam.

Namun, mereka melengkapi pedoman dan praktik ini dengan perhatian untuk menumbuhkan cinta kepada Tuhan, yang dicontohkan dengan permohonan tambahan, doa, puisi, tarian, dan lagu yang dikhususkan untuk topik itu. Sufiyya mewakili klaim ideologis pertama tasawuf. Merekalah yang pertama, menurut sumber abad pertengahan, yang memperjuangkan hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan berdasarkan prinsip cinta.

Salah satu tugas negara adalah memelihara kesejahteraan rakyat dengan membangun sistem yang men-generate keadilan sosial dan menjauhkan rakyat dari kemiskinan. Jika negara lalai membangun sistem yang mensejahterakan seluruh rakyat, niscaya segala program bantuan buat rakyat miskin hanya akan menempatkan negara sebagai pusat kedermawanan.

Fondasi regulasi (legal fondation) dalam bentuk undang-undang, seperti Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Penanganan Fakir Miskin, Undang-Undang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang Wakaf, dan lainnya tidak terlepas dari tujuan untuk merealisasikan tugas negara dalam mengelola masalah kesejahteraan yang begitu kompleks.

Kemiskinan dapat digambarkan sebagai bentuk ketidak-adilan sosial dan anomali dari tujuan pembangunan masyarakat madani. Tokoh pejuang pers nasional almarhum Mochtar Lubis menyampaikan kritik sosial yang layak direnungkan;

“Bila Anda tetap saja tidak mendapat penghasilan yang cukup untuk bisa hidup layak sebagai manusia, betapapun kerasnya Anda bekerja dan ingin bekerja, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila anak-anak Anda tak dapat bersekolah, atau anak-anak itu tak dapat disekolahkan karena alasan keuangan, itu ketidakadilan sosial. Bila Anda harus tinggal di daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat sebagai pemukiman manusia, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila Anda sakit dan tidak punya dana untuk membayar dokter, obat dan rekening rumah sakit, itu ketidakadilan sosial. Bila hanya segelintir kaum elite menikmati semua kekuasaan dan semua kemakmuran dan semua kesejahteraan hidup, itu juga ketidakadilan. Bila seorang anak lapar menangis di kegelapan malam, itu adalah tangisan menuntut keadilan. ” (Mochtar Lubis Wartawan Jihad, penyunting Atmakusumah, 1992)

Bangsa Indonesia memiliki kearifan lokal seperti tercermin pada budaya gotong-royong dan tolong menolong yang pada dasarnya dapat menjadi katup pengaman terhadap bahaya kemiskinan. Sebagai contoh, kearifan lokal di Minangkabau mengajarkan, “Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang (berat sama dipikul ringan sama dijinjing) dan “Kaba baiak bahimbauan, kaba buruak bahambauan” (kabar baik berhimbauan, kabar buruk berhamburan). Saya kira hampir semua suku dan etnik di Nusantara memiliki kearifan lokal yang secara eksplisit dan implisit menegaskan keberpihakan terhadap orang-orang yang dalam kesusahan sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan.

Dalam kenyataan, kenapa orang miskin mengalami kelaparan, anak-anak menderita gizi buruk, anak keluarga miskin bunuh diri karena orang tuanya tidak mampu bayar uang sekolah, seperti terjadi di Jakarta dan di tempat lainnya. Di manakah negara dan kearifan lokal?

Wilayah administrasi negara dibagi habis sampai ke pemerintah desa/kelurahan atau nama lain. Setiap desa/kelurahan atau yang setingkat terbagi menjadi jorong, kampung, atau di perkotaan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Oleh sebab itu tanggungjawab untuk memelihara dan melindungi kesejahteraan rakyat harus berjalan di semua lingkup kewenangan pemerintahan. Motto perjuangan almarhum Said Tuhuleley, tokoh pemberdayaan masyarakat PP Muhammadiyah patut menjadi renungan kita semua dalam upaya memberdayakan masyarakat kecil di manapun, almarhum menyatakan: “Selama rakyat menderita, tidak ada kata istirahat.”

Semua unsur dalam pemerintahan sampai strata paling bawah harus memiliki kepekaan dalam melihat persoalan kemiskinan. Gamawan Fauzi sewaktu menjabat Menteri Dalam Negeri mengingatkan para pejabat di daerah, jangan mengutamakan anggaran untuk kepentingan mereka sendiri, seperti untuk pembangunan rumah pejabat yang mewah, pengadaan mobil mahal, kantor megah dan lainnya yang tidak pantas. Prioritas anggaran harus untuk masyarakat. Sejalan dengan imbauan, pejabat di pusat tentu juga harus menjadi contoh yang baik.

Dalam kaitan ini peran fasilitatif dan mediatif aparatur pemerintah harus dioptimalkan untuk mempercepatan langkah mengatasi kemiskinan. Manajemen pembangunan, konsistensi kebijakan dan keteladanan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Manajemen pemerintahan harus digerakkan oleh kepemimpinan yang transformatif dan mentalitas aparatur yang bisa membuat rakyat percaya kepada sistem, bukan menunggu keajaiban dalam siklus lima tahun.

Peran kepemimpinan formal di pemerintahan dan peran masyarakat merupakan dua elemen pokok dalam penanggulangan kemiskinan. Semenjak empat dasawarsa lalu di ibukota negara dan di semua daerah sudah ada lembaga pengelola zakat yang menjalankan tugas dan fungsinya membantu orang-orang miskin, yaitu BAZNAS (dahulu BAZIS) dan lembaga-lembaga amil zakat (LAZ) yang diprakarsai masyarakat.

Pembentukan lembaga pengelola zakat adalah bagian integral dari sistem kesejahteraan yang difasilitasi oleh negara. Lembaga pengelola zakat didirikan untuk memberikan pelayanan kepada kaum miskin dan menyelesaikan masalah semua orang. Untuk itu BAZNAS dan LAZ harus “familiar” dengan kenyataan hidup orang miskin. Visi lembaga zakat untuk mengubah mustahik menjadi muzaki sungguh tidak mudah, tetapi minimal bisa membuat mustahik menjadi mandiri sehingga terbebas dari fakir dan miskin. Karena itu, lembaga zakat harus benar-benar menerapkan manajemen Islami agar berkah.

Di sekitar isu kemiskinan sebagai persoalan serius bangsa, masih ingatkah pembaca tahun 2013 lalu seorang bocah putus sekolah bernama Tasripin (12 th) yang menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya tiba-tiba menjadi berita nasional? Simpati dan bantuan spontan pada waktu itu berdatangan bahkan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengetahui kasus tasripin melalui twitter. Tasripin setiap hari bekerja di sawah agar adik-adiknya bisa makan. Satinah, ibu mereka, meninggal dunia dua tahun silam di usia 37 tahun akibat terkena longsoran batu saat menambang pasir di dekat rumahnya. Kuswito, ayahnya, mencari nafkah di luar kota. Tasripin dan adik-adiknya hidup sebatang kara dan hanya berteman tetangga yang kerap memberi mereka makanan. Hal yang mengesankan, sore hari ia masih sempat mengajar adik-adiknya membaca Al Quran dan mengajak shalat di mushalla depan rumahnya. Tasripin memperoleh hadiah uang dari Presiden, Menteri Agama, dan mendapat simpati luar biasa dari pejabat pusat dan daerah. Rumah tempat tinggal Tasripin di Banyumas, Jawa Tengah direnovasi oleh Kodim dan Korem yang bertindak cepat memberi bantuan. Cerita dan kisah Tasripin telah berlalu dan mungkin telah terlupakan karena tertutup oleh isu-isu baru.

Tasripin hanyalah potret “gunung es” kemiskinan absolut dan kepincangan sosial di negara kita yang berdasarkan Pancasila. Di pelosok tanah air masih banyak anak-anak keluarga miskin yang bernasib sama atau mungkin lebih pahit hidupnya daripada Tasripin yang beruntung karena diekspos oleh media.

Para pemimpin dan elite di pusat dan di daerah-daerah tidak seharusnya mengalami “rabun dekat” dengan realita kemiskinan, atau menutup-nutupi fakta tentang kemiskinan di daerahnya. Kemiskinan dan kepincangan sosial harus diatasi dengan pendekatan regulatif dan kebijakan, bukan dengan pendekatan yang bersifat karikatif. Pemimpin yang bijaksana tentu tidak mau menjadikan rakyatnya bermental pengemis. Pemimpin yang bijaksana tentu menyadari bahwa negara wajib membangun sistem yang menghasilkan pemerataan kesejahteraan, menjamin keamanan serta menegakkan hukum dan keadilan. Di sinilah perbedaan antara tindakan negara dan tindakan masyarakat dalam mengatasi masalah kemiskinan.

Wallahu a’lam bisshawab.